Contoh Proposal Skripsi PAI Kualitatif Ma'had Aly Al-Hikam Malang
Rahmat Semester VI
To: Ustd Teguh
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan setiap prosses di mana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquistion), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skill developments) sikap atau mengubah sikap (atitute change). Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam pendidikan formal dan non formal, dan informal di kampus, dan di luar kampus yang seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanga
kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudia hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.[1]
Penyelenggaraan
pedidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2), disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya, merupakan warisan budaya bangsa, yang berakar pada masyarakat
bangsa Indonesia. Dengan dimikian jelas bahwa pendidikan Islam merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.[2]
Kebutuhan
akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisadipungkiri bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, bernaan dengan ini, di dalam UUD 45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa: “Tiap-tiap warga Negara berhak
mendapat pengajaran”. 93 Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negar yang demokratis serta bertanggung jawab.[3]
Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan berarti usaha yang dijaankan oleh seseorang atau sekelompok oran guntuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa. Dengan dimikian endidikan berarti, segala usaha
orang dewasa dalam pergaulan denan mahasiswa untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.[4] Dalam firman Allah SWT, berfirman:
والله أخرجكم من بطون أمّهاتكم لاتعلمون شيئا وجعل لكم السّمع و الأبصار
والأفئدة لعلّكم تشكرون
(النحل: 78.16)
Artinya: Dan Allah mengelurkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur. (QS. An-Nahl. 16-78)[5]
Tidak
semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan masuknya anak ke sekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak.[6]
Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya. Untuk itu sebagai
benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelamatkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.
Pendidikan
agama Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan,
baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.[7]
Dari
pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani, dan rohan berdasarkan Al-Qur’an terhadap
anak-anak agar terbentuk kepribadian Muslim yang sempurna.
Pada
proposal skripsi ini, penulis akan mengungkap peranan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak anak didik di Roudlotul Athfal Al-Hikam Malang.
Judul
tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
1) Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dan masa pertumbuhannya, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwa.
2) Akhlak merupakan misi yang dibawa Nabi Muhammad SAW ketika diutus sebagai Rosulullah.
إنّمابعثت لأتمّم مكارم الأخلاق (رواه البخاري)
Artinya: “Sesungguhnay aku diutus oleh Allah, hanya untuk menyempurnakan akhlak.” HR. Bukhori.
3) Penulis ingin mengetahui bagaiman peranan pendidikan agama Islam terhadap akhlak anak didik di Roudlotul Athfal Al-Hikam Malang.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
a) Pendidikan agama Islam yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan pendidikan agama Islam
dan kegiatan keagamaan di Roudlotul Athfal atau disingkat RA Al-Hikam Malang
b) Akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah kepribadian dan tingkah laku anak didik
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana peranan pengidikan agama Islam terhadap akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang
C. Tujuan Penelitian
1) Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peranan pendidikan agama Islam terhadapat
akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
2) Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan sekolah dalam mengingkatkan
akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan berguna untuk:
a) Peneliti sebagai syarat dalam menyelesaikan ujian akhir semester (UAS) semester 5 jurusan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Aly Al-Hikam Malang.
b) RA Al-Hikam Malang, dalam mengetahui peranan pendidikan agama Islam terhadap akhlak anak
didik di RA Al-Hikam Malang.
c) Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi peranan terhadap akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
BAB II
Kajian PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pendidikan Agama Islam
a) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe”
dan akiran “kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berartikan bimbingan yang diberkan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.[8]
Ahmad
D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[9]
Sedangkan
menurut Ki Hajar Desantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.[10]
Dari
semua defiisi itu, dapat disimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya
insan kamil.
Menurut
hasil seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadapat pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[11]
b) Dasar-dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam
Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam ialah firman Allah dan sunnah Rasulnya Muhammad SAW.[12] Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan haditslah yang menjadi pondasinya.
Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat.
Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.[13]
Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupn tujuannya haruslah mengacu kepada penananman hilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan mengingkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002).[14]
2. Hakekat Akhlak
a) Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak secara emtimologi, perkataan “akhlak” berakar dari bahasa Arab jama’ dari mufradnya “khuluq” yang menurut bahasa Indonesia diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan “khalkun” yang berarti kejadian sserta erat hubungan “Khaliq” yang berarti Pencipta dan “makhluq” yang berarti diciptakan.[15]
Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
وإنّك لعلّى خلق عظيم
Artinya: Dan sesungguhnya engkau Muhammad, benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al-Qur’an, 68:4).[16]
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih
Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran terlebih dahulu.[17]
2. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbutan dengan mudah dan gampang,
tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbutan tercela, maka
sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.[18]
Jika diperhtaikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut di atas tidak
ada yang saling bertenganan, melaikan salaing melengkapi, yaitu sifat yang tertananm kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbutan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
b) Sumber dan Macam-macam Akhlak
1. Sumber Akhlak
Akhlak Islam, sebab merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan terhadap Allah, maka tentunya
sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok dari akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.[19]
Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian.
Begitu juga sahabat-sahabatnya yang selalu berdoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berprilaku keseharian.
2. Macam-macam Akhlak
a) Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia
dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Akhlak Terhadap Allah
Aklak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat
terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri
dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana
serta jujur dan menhindari perbutan yang tercela.
3. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fingsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain tersebut. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena
ia berjasa dalam iut serta mendewasakan kita dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukank dengan memuliakannya memberikan bantuan, pertologan dan mengharainya.[20]
b) Akhlak Al-Mazmumah
Aklak Al-Mazmumah atau akhlak yang tercela adalah sebagai antonim dari akhlak yang baik sebagaimana tertulis
di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
1. Berbohong
Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
2. Takabur atau sombong
Takabur adalah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek katanya yaitu
merasa dirinya lebih hebat.
3. Dengki
Dengki adalah rasa atau sikap tidak sengan atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
4. Bakhil atau kikir
Bakhil atau kikir adalah sifat sukar mengurangi
sebagian dari apa yang dimiliki untuk berbagi dengan orang lain.[21]
c) Tujuan Akhlak
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan,
sopan dalam berbicara dan perbutan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijasana, sempuna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur serta suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki
keutamaan. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas merupakan saranan pendidikan akhlak. Dan setiap pendidikan harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-galanya.[22]
Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat islam dengan
Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.[23]
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagiaan
dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat memahami dengan jelas betapa pentingnya
pendidikan bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat mengapikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta santun dalam bersosialisasi dengan lingungannya.
Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Qur’an terhadap anak-anak agar
terbentuk kepribadian Muslim yang sempurna. Sedangakn lembaga adalah tempat berlangsunya proses bimbingan jasmani dan rohan berdasarkan Al-Quraa’an yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan
agar ia berkepribadian Muslim.
RA Al-Hikam Malang sebagai salah satu institusi yang menyelenggarakan pendidikan diharapkan dapat memberikan
motivasi bagi anak-anak didinya untuk menjadi bagian dari Sumber Daya Manusia yang unggul di segala bidang, khususnya dalam pembentukan kepribadian Muslim yang sempurna.
C. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka penelitian mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Apakah anak didik atau siswa memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama, mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa yang memperoleih nilai rendah.
Berdasarkan pertanyaan di atas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama dengan siswa
yang memperoleh nilai rendah.
Ha: Siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama memiliki akhlak yang lebih baik jika dibandingkan
dari siswa yang memperoleh nilai rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitaan
Metode yang digunakan dalam membahas proposal ini adalah metode deskriftif analisis. Deskritif digunakan agar
mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan isi proposal skripsi ini. analitis dipakai agar penulis dapat menyusun proposal skripsi ini dalam bentuk yang sistematis sehingga
mengena pada inti permasalahan dan memperoleh hasil penelitian yang benar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RA Al-Hikam Malang dan membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 3 bulan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa
sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitan.[24] Adapun populasi pada penelitian ini adalah murid-murid RA Al-Hikam Malang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili
populasi.[25]
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik random sampling, yakni pengambilan
secara acak dari jumlah populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian. Untuk memperoleh data-data
lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi diartiakn dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena
yang diselidiki. Observasi ii mengadakan pengamatan dengan mencatat data atau informasi yang diperlukan dan dibutuhkan sesuai dengan masalah yang diikuti.
2. Dokumentasi
Suatu usaha aktif baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengolahan bahan-bahan dokumen yang
bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan. Dokumen ini dilakukan untuk memperoleh data sejarah didirikannya RA Al-Hikam Malang, keadaan sarana dan prasarana dan juga data-data guru RA Al-Hikam Malang.
3. Angket
Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan tertentu, kemudian diseberkan kepada responen,
untuk mendapatkan jawaban yang diperlukan secara langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi untuk dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa.
Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah analisa data, yaitu:
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para responden. Jadi setelah angket
dan tes diisi oleh responden dan diserahkan kembali kepada penulis, kemudian penulis memeriksa satu per satu angket dan tes tersebut. Bila ada jawabanyang diragukan atau tidak dijawab maka penulis menghubungi responden yang
bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.
Tujuan editing yang penulis lakukan adalah untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang ada pada
daftar pertanyaan yang diselesaikan.
2. Tabulating
Tabulating adalah mengelolah data dengan memindahkan jawaban-jawaban yang terdapat dalam angket dan telah
dikelompokan ke dalam bentuk bable frekuensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981.
Al-Qur’an Al-Karim.
AR, Zahruddin, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004.
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998.
Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981.
Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988.
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
Majid, Abdul, A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarta. 2004.
Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004.
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005.
Resito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru. 1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar